04 February 2010

Pelajaran Agama Membuat Saya Menjadi Munafik. Percaya?

Hari ini, di sekolah saya, diadakan pelajaran Agama mendadak, sebagai pengganti pelajaran Matematika.

Disini dibacakan nilai TryOut untuk ujian sekolah yang akan diadakan sehabis Ujian Nasional nanti. Not bad, lah.. Karena saya rasa di pelajaran agama itu tinggal memilih jawaban yang dirasa benar, dan sesuai dengan logika saja.

Namun, tadi guru saya ingin mengisi Nilai Praktek, Afektif, atau apalah tau, yang ujungnya nanti diperlukan untuk syarat kelulusan.

Anehhh.. Kita disuruh untuk mempraktekan apa yang kita tulis pada lembar jawaban kita, pada saat TryOut tersebut. Dan anehnya lagi, kita hanya disuruh mempraktekan 2 nomor yang sudah ditentukan olehnya untuk dipraktekan oleh kita.

Pertanyaannya kira-kira itu tentang persahabatan. Bagaimana cara mendamaikan teman, dan meminta maaf pada teman.

Sekelas ribut. Karena memang tidak sedikit orang-orang di kelas yang sedang tidak bertegur sapa. Dan anehnya, saya bingung, orang-orang yang dipanggil tersebut, memang sedang memiliki konflik.

Saya sendiri sekarang merasa tidak memiliki konflik dengan siapapun di kelas sayapun disuruh maju. Bingung rasanya..

Pas saya bertanya, "Pak, ini cuma pura-pura kan?" (maksud : mencontohkan-- soalnya ya karena gue nggak merasa berkonflik dengan mereka sih, kecuali kalo mereka yah yang merasa berkonflik sama gue :p)

Sang Guru malah setengah membentak, dan malah bilang saya harus serius. Karena ini urusan saya dan Tuhan.

Ya, lalu saya diam pada ujungnya, setelah berulang kali ketika bertanya dan bercanda selalu dibentak olehnya. Ya, saya kira dia serius. Detik itu saya kira dia serius.

Lalu selanjutnya, saya dipanggil lagi. Bersama orang yang pernah menjadi cinta monyet saya pada waktu SMP.

SUMPAAAH, dari sini saya langsung jadi olokan dan ejekan teman-teman yang lainnya.
SUMPAAAH, saya benar-benar merasa tidak enak kepada si lelaki, yang notabene sudah memiliki kekasih dan berpacaran lebih dari dua tahun.
dan SUMPAAAAH, SAYA BENCI MELIHAT GURU ITU MALAH IKUT TERTAWA DAN MENGGANGAP INI ADALAH SESUATU YANG LUCU DAN PANTAS DIPERMAINKAN!

Maksudnya apa? Saya sendiri tidak pernah merasa memiliki masalah dengan pria tersebut. Malah kami sekarang berteman cukup dekat.


Mau marah, dia yang merasa paling benar. Dan apakah yakin, setelah mereka-yang-sedang-berkelahi, akan menjadi teman setelah minta maaf di muka kelas? Bukannya ini malah makin merusak suasana??

Dan anehnyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa, kenapa si guru itu bisa tahu tentang kasus-kita-sekelas? Adakah pihak yang membocorkannya? Yaaaa, only God knowss..

Pesan Marah-Marah Tanpa Sensor : - pake bahasa indo sehari-hari aja, lah, yaaa..

Saya rasaaa.. kami-sudah-dewasa-untuk-menentukan-sikap-kami-sendiri. Mind your own business harusnya. If we need you, we will ask you!

Makanya gw bilang agama adalah pelajaran yang ter-mu-na-fik yang pernah ada. Kita pasti menulis yang positif lah ya, buat mendapatkan nilai. Tapi nyatanya? Apakah kita melakukannya? I don't think soo..

Buat si guru agama : Well, gw nggak peduli apa katanya ntar. Karena yang jelas gue nggak nyantumin nama sekolah gue, dan nama dia di blog ini. Lagipula, ini kan memang ruang saya untuk bebas berekspresi.
Puas, hah, jadiin saya bahan olokan hari ini? Yang perlu anda tahu, ENOL BESAR USAHA ANDA UNTUK MENCOBA MENDAMAIKAN MEREKA. Memangnya anda tahu kelanjutan dari cerita mereka? Kalau misalnya makin parah karena ini, apa anda mau tanggung jawab, heh?
Dan kalaupun tadi anda berkata anda tidak perduli dengan hubungan mereka nantinya setelah sesi-aneh-ini, mengapa harus anda adakan???

3 comments:

  1. wah2.. cara guru itu yg salah walaupun maksudnya baik..
    dan kalo gue rasa (no offense), bukan pelajaran itu munafik, tapi tergantung orang2 yg ngejalanin ajaran2 dari pelajaran tersebut..
    gue lebih setuju kalo pelajaran itu hari2 ini cm formalitas doank, karena kalo bener2 diterapin blm tentu jg semua anak sama kan agamanya? dan kerohanian orang kan juga beda2.. balik lagi ke pribadinya masing2 lah, mau bnr2 ngejalanin yg dy percaya ap ga..

    ReplyDelete
  2. kalo buat yang lain sih gak tau lin, yg jelas buat gue pribadi gitu. (bukan agamanya, tp pelajaran waktu itu, dan materi yang diberikan gurunya). and swear to god, di tryout selanjutnya gue akan milih semua yang menurut kata hati gue, bukannya dgn jawaban yang betul lagi. sumpah gak guna banget rasanya kalo begitu, kayak gak punya otak. bukannya ditemuin berdua, malah dijadiin bahan lawakan sekelas. pendidik, atau pelawak?

    emangnya tertulis guru harus ikut campur urusan murid? gue rasa kita udah cukup gede buat ngurusin masalah ini sendiri, lin..

    anw, thanks commentnya!

    ReplyDelete
  3. haha... gw SETUJU sama Grace.. krna gw jg ngerasa jadi salah 1 KORBANNYA!!! n untuk guru ntu ya SADAR sedikit lahh... masi byk urusan dy yg BERANTAKKAN, soo.. URUSIN DULU URUSAN LO BARU URUSIN URUSAN ORANG!!!!!!!!!!!!!!

    ReplyDelete